Best Moments - Pendidikan Sikap, Mental dan Disiplin

6:00 PM Makhfuzi Fahmi 0 Comments

Baca juga: Tips mengikuti Samapta, klik di sini.

“Derap langkah nan gagah perkasa. Seirama dan satu suara. Sambil bernyanyi lagu hura-hura itulah kami siswa Indonesia Power!” Itulah sepenggal lirik lagu yang kami nyanyikan saat latihan di pusat pendidikan.
Tanda tangan kontrak di perusahaan pada tanggal 6 April 2015 telah mengantarkan kami menuju pintu gerbang Pusat Pendidikan Zeni TNI AD Bogor untuk melaksanakan pendidikan prajabatan yang pertama yaitu pendidikan sikap, mental dan disiplin.

“Pendidikan sikap, mental dan disiplin?”
Ada banyangan tentang pendidikan ini? Sengaja nggak nyari tau banyak-banyak soal pendidikan semacam itu, biar surprise. Mmm, aslinya biar nggak mikir yang aneh-aneh sih haha. Anyway, sudah lama saya menantikan kegiatan yang seru dan menantang, jadi ini adalah momen yang pas... mengikuti kegiatan baru, bersama teman-teman baru, tempat baru dan yang pasti pengalaman baru.

“Kegiatan kami...”
Selama sepuluh hari kami mengikuti rangkaian kegiatan yang sudah diatur oleh pusdik. Setiap harinya dimulai dengan kegiatan wajib seperti senam pagi, sarapan, apel pagi dan lain sebagainya, kemudian penerimaan materi di kelas, materi di lapangan, serta latihan luar.
Apel Pagi
Latihan luar dilaksanakan di Gunung Pancar, dan sebagian besar jenis materinya adalah praktik. Ada P3K, mountenering, latihan simulasi tempur, caraka malam, outbound, navigasi darat, dan yang lain sebagainya. Semua kegiatan nggak jauh-jauh dari pembinaan fisik dan karakter. Fisik dilatih, mental ditempa, otak pun harus tetap bisa mikir jernih dalam keadaan seberat apapun. Semua kegiatan tersebut harus dijalani dengan disiplin. Kalau nggak? Siap-siap aja dapet hadiah! x)) *if you know what i mean*
Latihan Luar
“Para pelatih kami...”
Sebenarnya pelatih kami jumlahnya banyak. Tapi ada beberapa pelatih yang selalu ada saat pendidikan berlangsung. Mereka adalah Dansatsis, kalau nggak salah kependekan dari Komandan Satuan Siswa (maaf kalau kurang tepat hehe). Seseorang yang mengawasi proses pendidikan serta membawahi Batih dan beberapa Dankelas. Batih atau Bintara Pelatih adalah seseorang yang melatih kami selama pendidikan. Batih dibantu oleh beberapa Dankelas atau Komandan Kelas dalam mendidik para siswa. 

Yang ada dalam uneg-uneg...”

Seru!
Ini adalah kali pertama saya mengikuti pendidikan yang diampu langsung oleh militer. To be honest I feel so proud! Jarang-jarang kan orang sipil bisa merasakan pendidikan yang diampu langsung sama militer? Bisa melihat sedikit kehidupan militer yang sebelumnya sama sekali nggak pernah terbayangkan. Dan yang lebih seru lagi bisa merasakan sedikit dari banyak kegiatan mereka. Seru banget! Walaupun agak kaget pas awal, tapi alhamdulillah saya bisa beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang baru. Kuncinya, di bawa enjoy aja! ;)

Pendidikan yang Mendidik
Di pusat pendidikan saya menyadari bahwa pendidikan sikap, mental dan disiplin adalah sesuatu yang bisa tercipta melalui kebiasaan. Jadi tidak bisa secara tiba-tiba muncul. Butuh waktu untuk membentuk semua itu agar tertanam dalam diri siswa. Dan tentunya butuh pelatih yang profesional, yang mampu mendidik dengan baik, mengawasi perilaku siswa agar tetap dalam koridor yang benar dan mampu menyampaikan muatan-muatan dari setiap kegiatan.

Hal yang saya sangat ingat saat mengikuti pendidikan ini adalah momen ketika saya dan teman-teman diberi tekanan tinggi yang menguji limit ketahanan kami, rasanya pengen berontak, lalu dalam hati ngedumel “ngapain sih ngelakuin beginian??” Namun di akhir, pelatih menjelaskan kepada kami alasan untuk melakukan hal tersebut. Ternyata ada makna disetiap tindakan yang pelatih instruksikan dan poin pentingnya hal itu disampaikan secara gamblang. Sebagai seorang yang awam dengan pelatihan sikap, mental dan disiplin, sebuah konklusi yang disampaikan pelatih membantu saya memahami untuk apa saya melakukan hal tersebut. Efeknya saya jadi merasa kalem dan ikhlas dalam menjalani setiap kegiatan. *eaaa*

Perubahan Fisik
Jelas ada, terutama bagian warna kulit. Brightness-nya turun drastis. Kalau di photoshop mungkin udah -70 kali. Hitam legam, kucel kayak anak layangan hahaha. Kemudian kaki yang mulus berubah menjadi bersisik dan mengelupas karena kelamaan memakai sepatu PDL yang pada akhirnya menimbulkan ruam di kulit. Gimana nggak ruam, mau kering mau basah yang dipakai ya satu sepatu itu T-T.

Menguras Tenaga
Banget! Setiap selesai apel malam nggak ada pikiran lain selain tidur. Tenaga rasanya kayak dikuras habis-habisan. Habis bisss. Melihat kasur itu bagaikan surga dunia. Tidur pasti pulas saking capeknya mengikuti kegiatan seharian, sampai-sampai nggak peduli sama kamar paviliun yang kalau dipikir-pikir serem juga ternyata. Tepar! Iya tepar banget sampai tidur selama sepuluh hari berturut-turut nggak ada mimpinya hahaha.

Best Moments
Sepertinya selama seumur hidup saya nggak akan pernah melupakan momen-momen selama di pusdik. Banyak momen-momen tak terlupakan yang mungkin nggak cukup diceritakan dalam satu hari. Dari banyak momen yang tersimpan, ada beberapa yang menjadi favorit saya. Mau tau?

1. Mendadak jadi leader yel-yel


Saya dan Kak Hest sedang memimpin yel-yel
Walaupun dalam keadaan capek, lemes, kaki pegel-pegel dan badan bau apek(?) kalau udah diminta yel-yel pasti semuanya kembali bersemangat. Semua teriak sekencang-kencangnya. Oh ya fyi, di angkatan saya perbandingan siswa laki-laki dan perempuan perbedaannya sangat jauh, 59:2. Yang artinya dari 61 siswa hanya ada 2 perempuan di antara 59 laki-laki. Oleh karena itu 2 srikandi ini selalu menjadi sorotan di setiap kegiatan, dan otomatis kami berdua menjadi sasaran empuk saat ada momen-momen yang diminta untuk tampil ke depan :))

2. Menenteng senjata peninggalan 
Senjata itu bernama Garand (baca: jeren). Sebuah senjata klasik laras panjang yang digunakan oleh para pejuang saat mengusir penjajah. Itu berarti umur senjata ini sudah tua sekali. Beratnya sekitar 4 - 5 kg, dan itu adalah beban yang harus kami bawa sehari-hari selama latihan. Hari-hari kami tidak pernah jauh-jauh dari Garand. Sampai-sampai saya merasa lengan saya semakin berotot gara-gara tiap hari bawa senjata *lol*. Selain menenteng senjata, kami juga diajarkan berbagai sikap ketika membawa senjata seperti hormat senjata, sikap siap atau istirahat saat membawa senjata, serta cara membawa senjata saat berjalan maupun berlari. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah meninggalkan senjata tanpa ada yang bertanggung jawab. Prinsipnya "lebih baik kehilangan satu nyawa daripada kehilangan satu senjata" (y).

3. Membangun Bivak

Dalam rangka latihan luar, kami semua diharuskan membuat bivak sebagai tempat bermalam. Sebelumnya kami sudah diajarkan bagaimana membangun sebuah bivak oleh pelatih. Teori lolos lah ya, begitu praktik... eng ing eng... Sudah sekuat tenaga kami membangun bivak, tapi nampaknya konstruksinya masih saja kurang layak huni hahaha. Untung cuaca pada saat itu sedang bagus, jadi sedikit mengurangi kekhawatiran :d


4. Bongkar Pasang Senjata

Ini dia best from the best moments ever! Bongkar pasang senjata. By the way, foto ini diambil saat acara penutupan diklat. Sepuluh siswa tampil ke depan memperagakan bongkar pasang senjata. Itu senjata beneran loh, namanya M16. Jadi pas display di depan kami mempreteli M16, menunjukkan bagian per bagian kepada tamu undangan, setelah itu merakitnya kembali secara bersamaan. You know what, it's amazing!

6. Sharing and Relaxing
Momen yang saya tunggu-tunggu setelah seharian mengikuti kegiatan adalah momen cerita santai jam 8. Terlebih kalau yang ngisi Batih. Ceritanya banyak, dari yang serius, semi serius, sampai nggak serius ada hahaha. Batih is the best pokoknya!

Banyak hal yang saya dapatkan ketika mengikuti pendidikan. Saya belajar tentang pentingnya kedisiplinan, kerjasama, kepedulian, perjuangan, berpikir taktis, ketahanan fisik dan mental, dan banyak lagi yang lainnya. Satu hal yang sangat membekas dipikiran saya adalah sebuah pemikiran tentang ketangguhan. Bahwa manusia dapat melakukan berbagai hal sekali pun itu berat asalkan manusia tersebut mampu mendorong jauh sifat keputusaan dalam dirinya. 

"Apa pun bisa kita lakukan, kecuali makan kepala sendiri. Tinggal kitanya saja, mau melakukan atau tidak." - Batih.

Baca juga tips ketika akan mengikuti samapta yuk? Klik di sini ;)



0 comments :